terlalu lemahkah aku, ketika teman-temanku selalu
saja membuatku terdiam saat mereka mulai menyebut namamu dalam
candaan yang selalu mereka lakukan? terlalu lemahkah aku, ketika aku
selalu saja menangis ketika ingatan ini selalu memutar kembali
saat-saat indah yang sering kita lakukan dulu? terlalu lemahkah aku,
ketika air mata ini selalu saja menetes saat senyum itu selalu hadir
dalam mimpiku tanpa pernah aku mengharapkannya?
aku sadar, bahwa kini kamu tak lagi bisa tertawa
bersamaku. dan hanya bayang semu dirimulah yang selalu temani
hari-hariku. tapi, mengapa aku selalu saja menangis ketika aku mulai
menyadari bahwa kini, kamu hanya sebatas harapan kosong yang tak akan
pernah bisa aku dapatkan lagi?
aku mengerti moved on bukan sekedar melupakan, tapi
juga bisa menerima kenyataan bahwa kamu sudah tak lagi bersamaku.
memang, di dalam khayalanku, aku selalu menganggap bahwa kamu
tetap menjadi milikku, milikku seutuhnya. tapi, ini dunia nyata bukan
dunia khayalan yang penuh dengan keajaiban. tapi mengapa, selalu dan
selalu saja aku tak bisa terima bahwa kenyataannya, kau telah pergi
membuat cerita baru? tentu saja, bukan aku lagi pemeran wanitanya.
inikah yang disebut dengan rasa sayang? ketika otak
dan perasaan tak lagi bersatu dalam sebuah ikatan yang harmonis.
ketika semua rasa dan pikiran berebut untuk menemukkan perannya
masing-masing. tapi, bukankah rasa sayang itu tak pernah membuat si
pemiliknya merasa sakit hati? tapi mengapa orang bilang, belum bisa
disebut sayang ketika kita belum pernah merasakan apa itu sakit?
kini aku tak perlu lagi menjawab semua pertanyaan
itu, karena aku telah merasakan semuanya. yang perlu kulakukan hanya
mencari bagaimana caranya agar bisa lari dari semua kenangan-kenangan
yang selalu membayangiku. tapi aku juga tak bisa lari dari kenyataan
bahwa i'm still loving you...